Jumat, 21 Februari 2014

Buku Kalender Even 2014 Kota Jogja

Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta tiap tahunnya menerbitkan buku saku kelender even kebudayaan. Dari tahun ke tahun bentuknya selalu menarik. Kalau sedang ingat saya selalu ke sana untuk minta secara cuma-cuma, karena memang buku itu gratis dan untuk masyarakat umum. Tapi, kayaknya sosialisasi untuk mendapatkan buku itu kurang. Mungkin beberapa kalangan saja yang mau silahkan datang ke Dinas Kebudayaan Yogyakarta yang berlokasi di Kotabaru, tepatnya sebelah selatan Gramedia atau utara Perpustakaan Kota Yogyakarta.

Tadi siang setelah berkunjung ke Perpustakaan Kota Yogyakarta saya menyempatkan pergi ke sana dan inilah penampakan “Calender of Event 2014 Jogja”. Lebih tebal dan masih dibungkus plastik. Oh ya, sampingnya adalah CD dokumentasi kegiatan selama setahun (tergantung tahun yang dibuat) yang dibuat juga oleh Dinas Kebudayaan, bisa dimiliki secara cuma-cuma. 

 "Calender of Event Jogja 2014"

Lantas bagaimana cara mendapatkan buku tersebut?. Gampang… kalian cukup datang ke Dinas Kebudayaan dan mengatakan apa maksud kalian ke Mas atau Mbak yang jaga di meja “humas”. Kalau bukunya masih nanti akan diambilkan dan tinggal tulis saja buku tamu yang telah disediakan.

Di ruangan tersebut juga ada beraneka macam brosur, leaflet, peta Jogja yang juga bisa miliki secara cuma-cuma. Ini bermanfaat untuk kalian yang suka melihat acara-acara kebudayaan atau yang suka hunting foto kebudayaan. Jadi kalian bisa mengatur jadwal berdasarkan panduan buku tersebut.

Kamis, 20 Februari 2014

Berkunjung ke 3 Store Jogja

Jumat 21 Februari 2013 jam 9 pagi saya menyempatkan diri berkunjung ke 3 Store. Lokasi yang baru sekarang berada di sebelah barat jembatan layang Lempuyangan. Tepatnya, ketika anda dari arah selatan tidak usah ikut jalur jembatan layang Lempuyangan yang naik, tetapi ikut arah jalan yang bawah saja . Setelah melewati jalur rel kereta api anda belok ke kiri, kira-kira 100 m sudah nampak gerai 3 Store tersebut.

3 Store yang sekarang ini dulunya adalah bangunan dengan tipe Indische, tetapi sudah di renovasi sedemikan rupa sehingga nampak nge-pop terutama untuk bagian interiornya.

Tujuan saya pergi ke 3 Store adalah untuk menanyakan perihal kartu 3 saya yang sejak semalam nampaknya tidak ada sinyal sama sekali. Awalnya saya pikir kartu 3 saya rusak, karena sering  dicopot-pasang. Saya masuk ke gerai 3 dan ditanya sama satpamnya.

Satpam “Pagi Mas, bisa saya bantu?”
Saya “Pagi Pak, mau ke CS”

Pak Satpam kemudian memencet tombol antrian dan dikasihlah nomor antrian kepada saya.

Saya duduk, menunggu giliran. Sambil duduk-duduk saya melihat-lihat interior di dalam gerai 3 store tersebut. Karena saya suka dengan hal berbau “pop”, kreatif, dan desain, terbesit untuk mengambil beberapa foto di dalam ruangan tersebut. Kemudian saya minta ijin ke Pak Satpam (gk mungkin lah saya “nylonong” ambil begitu saja).

Saya “Pak, boleh saya mengambil beberapa foto di tempat ini?”

Pak Satpam “maaf Mas, buat apa ya?”

Saya “buat saya upload di blog.”

Pak Satpam “Oh, silahkan Mas…”

Saya ambil beberapa foto, cuma 3 sih… ini beberapa foto yang sempat saya ambil




Tiba giliran saya untuk bertanya ke CS. Saya menanyakan perihal kartu saya yang sempat tidak ada sinyal mulai semalam. Saya buka sim card saya di Hp, kasih ke Mbak CSnya. Di cek, kata mbaknya sudah tidak apa-apa karena memang semalam kondisi jaringan di jogja lagi "trouble". Alamak, kenapa juga tadi pagi saya tidak sempat menghidupkan lagi hp saya. Ya udah, ternyata kartu 3 saya memang tidak bermasalah. Jaringan 3 saja yang memang semalam sedang trouble.

Ok, btw terima kasih Mbak-mbak CS 3 yang sempat melayani saya dan pelanggan 3 lainnya. Tempat yang baru asik, sumpah keren.

Minggu, 16 Februari 2014

Hujan Abu dari Gunung Kelud sampai ke Jogja

Jumat 14 Februari 2014 Gunung Kelud di wilayah Kediri mengeluarkan materi vulkaniknya. Bahkan hujan abu pun sempat sampai ke Jogja dan sekitarnya.

Berikut foto di seputaran rumah saya yang terkena hujan abu.

 Abu vulkanik yang terkena rintik air hujan.

 
Halaman Masjid samping rumah saya jam 7.30 WIB (14/2)

Semalam, Minggu 16 Februari kurang lebih jam 22.00 WIB Jogja diguyur hujan yang lumayan deras. Alhamdulillah hujan akhirnya datang. Harapannya dengan hujan tersebut bisa "menyapu" bersih sisa-sisa abu yang masih menyelimuti kota jogja dan sekitarnya.

Selasa, 04 Februari 2014

"Layang Swara" Pameran Radio Lama di BBY (re-upload)

Sebuah catatan dari pameran yang bertajuk “Pameran Radio Lama: Layang Swara” yang digelar tanggal 13-22 September 2013 di BBY Jl. Suroto 2 Kotabaru, Yogyakarta.

Sesuai namanya “Pameran Radio Lama”, menampilkan koleksi-koleksi radio lama dari para kolektor. Ruangan di-setting sedemikian rupa dikelompokkan menurut tahun pembuatan radio mulai tahun 40an, 50an dan 60an.

Bertemu dengan salah satu pemilik yang koleksinya juga dipamerkan, Bp. Hendro namanya. Beliau menerangkan bahwa koleksi radio yang paling lama adalah Radio buatan Belanda yang dibuat tahun 1920 merk Philips dan biasa disebut tipe “Bandosa” (bentuknya mirip Bandosa) atau Katredal, dengan pemilik atas nama Bp. Handoka. Lagi menurut beliau, keberadaan radio tak akan pernah tergantikan seiring perkembangan jaman. Tanpa radio pembacaan (berita) proklamasi tak akan bisa menyebar ke seluruh Indonesia (bahkan dunia). Sambil menerangkan tentang sejarah singkat radio pada jaman dulu, beliau menujukkan salah satu barang yang dipamerkan, yaitu sebuah pemutar piringan hitam. Diputarnya lah alat tersebut dan mendadak BBY berubah seperti suasana jaman dulu. Perlu dicatat, bahwa semua koleksi yang dipamerkan di BBY masih bisa berfungsi normal.

Pada jaman penjajahan Jepang, kepemilikan sebuah radio diatur sangat ketat. Saya sempat melihat secarik kertas berwarna coklat yang berisi tentang “aturan” tersebut, berikut cuplikannya:

Ma’loemat No. 32 “Orang-orang jang mempoenjai pesawat radio penerima, haroes membawa barangnja itoe ke tempat yang telah ditentoekan dalam fatsal II, menoeroet hari tanggal seperti di bawah ini, dan haroes diatur seperloenja” (Pemerintah Balatentara Dai Nippon. Di Jokjakarta. Jokjakarta, 19 Juni 2602)

Pada jaman dulu radio juga kena pajak, terlihat di sebuah etalase secarik lembar bukti pembayaran pajak radio yang ditempeli (mirip) meterai.

Bagi teman-teman yang penasaran dengan pameran tersebut atau sekedar ingin melihat-lihat wujud radio jaman dulu, besok kesempatan terakhir Minggu (22/9) tempat di Bentara Budaya Yogykarta (BBY).

Berikut beberapa foto radio lama yang dipamerkan.
Radio "Bandosa" atau Katredal, koleksi yang paling tua.
Suaranya "nge-soul".
Salah satu cover Piringan Hitam "Senja Kaimana"

 Gramophone #1
Gramophone #2
Bukan hanya radio, Poster dengan cita rasa jaman dulu juga melengkapi di setiap sudut ruang pameran.
Daleman radio lama (radio tabung).
Radio generasi baru - radio transistor tahun 60an.
Upload pertama di sini klik
(Teks dan foto oleh Arif Nur Rokhman)

Motret 35mm Belum Mati!

Siapa bilang hobi motret dengan kamera manual menggunakan film 35mm sudah mati? memang sudah tidak seramai dulu, namun komunitas penyuka m...

Cari Blog Ini