Kamis, 24 Desember 2009
Ngarak Ompak
“NGARAK OMPAK” DAN PAWAI TA’ARUF / KIRAB BUDAYA
(Ompak adalah pondasi dari sebuah tiang bangunan model Jawa. Sebuah batu yang dibuat sedemikian rupa. Ompak itulah yang sampai sekarang ada di bekas Keraton Mataram, Dusun Kerta, Pleret.)
Sesudah naik tahta Mas Rangsang bergelar Sultan Agung Hanyokrokusumo atau lebih dikenal dengan sebutan Sultan Agung. Pada masanya Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Wilayah Mataram mencakup Pulau Jawa dan Madura (kira-kira gabungan Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur sekarang) Ia memindahkan lokasi kraton ke Kerta (Jw. “kerta”, maka muncul sebutan pula “Mataram Kerta”). Mataram lalu berkoalisi dengan Kesultanan Banten dan Kesultanan Cirebon dan terlibat dalam beberapa peperangan antara Mataram melawan VOC. Setelah wafat (dimakamkan di Imogiri), ia digantikan oleh putranya yang bergelar Amangkurat (Amangkurat I).
Amangkurat 1 memindahkan lokasi keratin ke Pleret (1647), tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar Sultan, melainkan “Sunan” (dari “Susuhunan” atau “Yang Dipertuan”). Pemerintahan Amangkurat 1kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan besar yang dipimpin oleh Trunajaya dan memaksa Amangkurat bersekutu dengan VOC. Ia wafat di Tegalarum (1677) ketika mengungsi sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Penggantinya, Amangkurat II (Amangkurat Amral), sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Pada masanya, kraton dipindahkan lagi ke Kartasura (1690), sekitar 5 Km sebelah barat Pajang karena kraton yang lama dianggap telah tercemar.
Melihat dari sejarah tersebut, daerah Pleret merupakan petilasan yang menjadi pusat pemerintahan Kraton Mataram yang saat itu Jaya, sejak jaman Pemerintahan Sultan Agung sampai jamannya Sunan Amangkurat Agung.
Tujuan acara ini adalah untuk mengenang Kejayaan Kraton Mataram Islam, yang berpusat di Pleret, memberikan apresiasi seni budaya kepada Masyarakat, mengajak Masyarakat untuk terlibat melestarikan seni budaya tradisi, mengajak generasi muda tetap menghargai sejarah serta jasa Pahlawan, dan menyambut Tahun Baru Hijjriah 1431 H.
Acara ini dilaksanakan pada hari Minggu 20 Desember 2009 pukul 09.00 mengambil start dari Ompak Kraton Mataram, Kerta, Pleret dan berakhir di Sumur Gumuling Kedaton, Pleret (Museum).. Acara ini diadakan oleh Komunitas Masyarakat Budaya Radio Swadesi FM 107.9.
Arak-arakan dimulai dengan pemecahan Kendi yang berisi air dan juga uang kepingan logam yang menjadi rebutan warga sekitar terutama anak-anak kecil.
Acara yang baru diadakan untuk pertama kalinya ini mendapat apresiasi yang cukup ramai dari warga sekitar. Hal ini terbukti dari jumlah keikutsertaan warga dalam pawai dan juga antusiasme warga dalam menonton kirab budaya ini. (Sumber : Pers Release)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Motret 35mm Belum Mati!
Siapa bilang hobi motret dengan kamera manual menggunakan film 35mm sudah mati? memang sudah tidak seramai dulu, namun komunitas penyuka m...
-
Jumat 14 Februari 2014 Gunung Kelud di wilayah Kediri mengeluarkan materi vulkaniknya. Bahkan hujan abu pun sempat sampai ke Jogja dan sekit...
-
Apa yang dimaksud ngetrace/tracing/trace ? Sepengetahuan saya yakni mengubah gambar bitmap/hasil citra obyek dari kamera digital-foto kedala...
-
[Chorus] Don't you ever wish you were someone else, You were meant to be the way you are exactly. Don't you ever say yo...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar